Apa itu Social Engineering?
Apa itu Social Engineering?
Apa itu Social Engineering? |
  Masih
 ingat dahulu pada masa kanak-kanak permainan yang sering dimainkan 
seperti patok lele, kelereng, dan petak umpet. Permainan tersebut sudah 
dianggap paling seru dari permainan yang lainnya. Namun sekarang semua 
telah berbeda jauh. Anak yang berumur 7 tahun keatas sudah mengenal 
permainan game online dan bahkan telah memakai gadget super canggih 
dengan game-game terbaru 3D animasi. Itulah beberapa bukti bahwa 
perkembangan teknologi telah mengubah kebiasaan dan aktifitas 
masyarakatnya.
Terus apa hubungannya dengan Social Engineering? dan Apa itu Social Engineering?
  Hampir
 disetiap kegiatan masyarakat modern telah menggunakan internet dalam 
beraktifitas. Contohnya saja dalam berinteraksi antarsesama di Dunia 
maya. Dengan membutuhkan sebuah social network yang terkoneksi dengan 
internet. Tidak salah jika ada yang beranggapan bahwa dengan teknologi 
itu " Mendekatkan yang jauh tetapi menjauhkan yang dekat ". Semakin berkurangnya sosial antar sesama tetangga menjadi kekurangannya.
Pernahkah mendengar kata Social Engineering?  Social Engineering berkaitan erat dengan dunia hacking. Beberapa definisi dari Social Engineering adalah
1) Seni memanipulasi orang untuk melakukan hal yang diinginkan.
2) Teknik psikologis yang digunakan hacker untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan untuk mengakses sistem komputer.
3) Memperoleh informasi (password misalnya) dari seseorang ketimbang melakukan usaha pembobolan sistem.
  Intinya dari definisi Social Engineering
 adalah  untuk memperoleh informasi yang memungkinkan seorang hacker 
untuk mengakses sistem komputer dan mengakses informasi yang tersimpan 
di dalam sistem komputer tersebut. Yupsss... ujung-ujungnya yang akan 
disalahkan adalah seorang hacker yang membobol sistem komputer. Tetapi 
jangan berburuk sangka dahulu mengenai hacker.
Gambar : Google
  Hacker
 diartikan sebagai penjahat yang menggunakan komputer atau melakukan 
kejahatan komputer (Cybercrime). Tetapi tahukah bahwa dalam komunitas 
hacker, penjahat komputer yang sesungguhnya adalah Cracker. Perbedaannya
 sederhana, hacker membuat sesuatu sedangkan cracker menghancurkannya.
  Hal
 ini mengingatkan pada sebuah 'Manifesto Hacker' dari sebuah karangan 
yang diberi nama  'The Conscience of a Hacker' ( Hati Nurani Seorang 
Hacker) dalam perkataan 'The Mentor' menyebutkan :
" Inilah dunia kami... dunia elektron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat... karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar. Padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut penjahat... karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat... karena kami mengejar ilmu pengetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama tapi bagi kalian kami penjahat.
Kami adalah penjahat... sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.
Ya... aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingin tahuanku , kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkatan dan pemikiran mereka dan bukan berdasarkan penampilan dan jabatan mereka. Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian. Sebuah dosa yang tidak akan bisa diampuni.
Aku adalah hacker dan inilah manifestoku. Engkau bisa menghentikan satu, tetapi engkau tidak bisa menghentikan semuanya... bagaimanapun juga kami semua sama. " ( The mentor, 1986).
" Inilah dunia kami... dunia elektron dan switch, beauty of the baud. Kalian menyebut kami penjahat... karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar. Padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus. Kami kalian sebut penjahat... karena kami gemar menjelajah. Kami kalian sebut penjahat... karena kami mengejar ilmu pengetahuan. Kami ada tanpa warna kulit, tanpa kebangsaan, tanpa bias agama tapi bagi kalian kami penjahat.
Kami adalah penjahat... sedangkan kalianlah yang membuat bom nuklir, mengobarkan peperangan, membunuh, berbuat curang, berbohong, dan berusaha membuat kami percaya bahwa itu semua demi kebaikan kami.
Ya... aku adalah penjahat. Kejahatanku adalah keingin tahuanku , kejahatanku adalah menilai orang berdasarkan perkatan dan pemikiran mereka dan bukan berdasarkan penampilan dan jabatan mereka. Kejahatanku adalah menjadi lebih pintar dari kalian. Sebuah dosa yang tidak akan bisa diampuni.
Aku adalah hacker dan inilah manifestoku. Engkau bisa menghentikan satu, tetapi engkau tidak bisa menghentikan semuanya... bagaimanapun juga kami semua sama. " ( The mentor, 1986).
  Sudah jelaskan bahwa Hacker tidak bisa di 'kambing hitam'
 kan sepenuhnya. Ada juga loh.. hacker baik yang bertujuan untuk 
memperbaiki sistem dengan cara menguji dan membobol sistemnya dahulu dan
 memberitahukan kepada si empu nya untuk lebih meningkatkan keamanan 
sistem tersebut. Hacker ini disebut dengan White-Hat Hacker.
  Itulah
 sedikit gambaran mengenai hacker. Kembali kepada topik permasalahan 
mengenai Social Engineering. Teringat akan ceritanya pak Nazaruddin Syafa'at dalam matakuliah Keamanan Sistem Informasi. Saya juga punya cerita yang dapat menggambarkan betapa pentingnya mengetahui Social Engineering tersebut. 
  Coba disimak cerita berikut, yang benar-benar terjadi beberapa tahun lalu :
Sekelompok orang memasuki kantor sebuah perusahaan pengiriman yang cukup besar, dan keluar dengan informasi untuk mengakses SELURUH jaringan komputer perusahaan tersebut. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dengan mengumpulkan informasi sedikit demi sedikit, dari beberapa pegawai yang ditemui di perusahaan tersebut.
Sebelum mendatangi kantor tersebut, mereka mempelajari perusahaan itu, dan itu mereka lakukan dalam rentang waktu dua hari saja. Salah satu persiapan mereka adalah menghubungi departemen HRD. Dan hasilnya, mereka memiliki beberapa nama orang penting di perusahaan tersebut. Nama-nama yang bisa mereka pergunakan ketika berpapasan dengan pegawai yang bekerja di kantor tersebut, nama-nama penting yang jika di dengar oleh penjaga pintu depan akan membukakan pintu buat mereka, meski mereka tidak memiliki kartu pass. Di lantai ketiga, mereka mengatakan kalau kartu pass-nya tertinggal, lalu seorang pegawai yang baik hati membukakan pintu ke ruangan yang terbatas untuk orang-orang dengan akses keamanan tertentu saja yang boleh masuki.
Mereka tahu bahwa CFO perusahaan tersebut sedang tidak di tempat, jadi mereka dengan gampang memasuki kantor CFO perusahaan tersebut dan mengakses komputernya yang tidak diproteksi password. Dan mereka pun mendapatkan data seluruh data finansial perusahaan tersebut. Kemudian mereka berhasil mengumpulkan beberapa dokumen yang ditemukan di tempat sampah. Ya, mereka bahkan meminta seorang janitor (cleaning service) untuk membawakan tempat-tempat sampah yang ada di beberapa ruangan. Lalu mereka membawa pulang semua data dan dokumen itu.
Dari “markas” mereka, salah seorang sudah belajar meniru suara CFO (yang sedang keluar kota tadi), lalu menelpon system admin perusahaan tersebut, dengan suara yang terkesan terburu-buru dia meminta password untuk remote access dengan alasan lupa dan bahwa catatannya tertinggal di rumah. Setelah titik ini, yang mereka lakukan tinggal menggunakan teknik hacking yang “biasa saja” untuk mendapatkan akses tingkat super user ke dalam sistem komputer.
Sekelompok orang memasuki kantor sebuah perusahaan pengiriman yang cukup besar, dan keluar dengan informasi untuk mengakses SELURUH jaringan komputer perusahaan tersebut. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dengan mengumpulkan informasi sedikit demi sedikit, dari beberapa pegawai yang ditemui di perusahaan tersebut.
Sebelum mendatangi kantor tersebut, mereka mempelajari perusahaan itu, dan itu mereka lakukan dalam rentang waktu dua hari saja. Salah satu persiapan mereka adalah menghubungi departemen HRD. Dan hasilnya, mereka memiliki beberapa nama orang penting di perusahaan tersebut. Nama-nama yang bisa mereka pergunakan ketika berpapasan dengan pegawai yang bekerja di kantor tersebut, nama-nama penting yang jika di dengar oleh penjaga pintu depan akan membukakan pintu buat mereka, meski mereka tidak memiliki kartu pass. Di lantai ketiga, mereka mengatakan kalau kartu pass-nya tertinggal, lalu seorang pegawai yang baik hati membukakan pintu ke ruangan yang terbatas untuk orang-orang dengan akses keamanan tertentu saja yang boleh masuki.
Mereka tahu bahwa CFO perusahaan tersebut sedang tidak di tempat, jadi mereka dengan gampang memasuki kantor CFO perusahaan tersebut dan mengakses komputernya yang tidak diproteksi password. Dan mereka pun mendapatkan data seluruh data finansial perusahaan tersebut. Kemudian mereka berhasil mengumpulkan beberapa dokumen yang ditemukan di tempat sampah. Ya, mereka bahkan meminta seorang janitor (cleaning service) untuk membawakan tempat-tempat sampah yang ada di beberapa ruangan. Lalu mereka membawa pulang semua data dan dokumen itu.
Dari “markas” mereka, salah seorang sudah belajar meniru suara CFO (yang sedang keluar kota tadi), lalu menelpon system admin perusahaan tersebut, dengan suara yang terkesan terburu-buru dia meminta password untuk remote access dengan alasan lupa dan bahwa catatannya tertinggal di rumah. Setelah titik ini, yang mereka lakukan tinggal menggunakan teknik hacking yang “biasa saja” untuk mendapatkan akses tingkat super user ke dalam sistem komputer.
  Tak
 perduli ada berapa banyak patch yang tersedia untuk sebuah sistem, atau
 firewall terbaru yang dirilis di pasar, tetap saja hal sederhana bisa 
menjadi jalur yang mengancam keamanan sistem komputer dan informasi di 
dalamnya. Karena apa? karena betapa sifat alami manusia yang bisa 
ditebak, dimanfaatkan demi tujuan tertentu. Dan sifat yang paling rentan
 adalah gampang percaya. 
  Apakah timbul pertanyaan " apa hubungannya denganku yang seorang warga biasa atau bukan seorang terkenal yang mempunyai perusahaan dimana-mana? " 
  Benar
 kamu bukan siapa-siapa hanya seorang rakyat biasa. Tetapi coba jawab 
pertanyaan berikut yang menganggap kamu hanyalah orang biasa : " apakah
 kamu memiliki password? Berapakah situs jejaring sosial yang digunakan?
 Bagaimana dengan akun internet banking yang kamu gunakan? Sudahkah itu 
aman dan tidak ada satupun orang yang mengetahuinya? dan bagaimana jika 
akun tersebut terbobol dan ada yang mengetahui password akunnya? ". Jika kamu beranggapan pertanyaan diatas tidaklah penting kamu dapat mengabaikan social engineering ini. 
  Dari
 cerita yang telah disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tidak 
perlu pengetahuan teknis tentang hacking untuk mendapatkan password kamu
 yang kemungkinan memiliki keamanan yang rendah. Dan perlu disadari 
bahwa social engineering tidak hanya ditujukan untuk pencurian password 
saja; Pembuat virus menggunakannya untuk membujuk kamu membuka 
attachment email yang mengandung malware, Phisher menggunakanya untuk 
mendapatkan informasi berharga dari kamu, bahkan ada pembuat scareware 
yang menakut-nakuti kamu untuk membeli atau mendownload program (yang 
bisa jadi tidak berguna, atau bahkan merusak).
  Selain
 dengan memanfaatkan sifat psikologis tersebut, seorang pembobol sistem 
juga dapat mendapatkan sebuah akun korban dengan membuat sebuah halaman 
yang sangat mirip dengan halaman sebuah social network. Contohnya saja 
dengan halaman facebook palsu. Halaman ini disebut juga dengan fake 
login.
   Berikut beberapa contoh tampilan yang mirip dengan halaman login facebook tetapi dengan halaman palsu.
Gambar : Google 
Ketika si korban meng-klik login maka secara otomatis username dan password nya akan masuk ke email 'penanam'. Halaman yang akan tampil setelah diklik login adalah menampilkan halaman facebook yang asli yang meminta username dan password karena salah dalam pengetikan username dan password korban padahal telah benar dimasukkan. Si korban beranggapan bahwa itu hanyalah hal biasa. Tanpa disadari username dan password telah diambil dan bisa digunakan kapan perlu si pelaku kejahatan.
Itulah beberapa pengalaman ane mengenai Social Engineering. Masih beranggapan bahwa itu tidaklah penting? Sebaiknya semua mengubah anggapan bahwa hal itu bukanlah hal sepele. Bisa saja itu akan merusak citra anda di jejaring sosial oleh si pelaku ataupun lebih bahaya nya akan membobol internet banking yang anda gunakan serta mengambil seluruh uang yang anda miliki di atm. Anggaplah di dunia era digital ini tidak ada informasi yang sepele.
sumber
 
 

 
 
Post a Comment for "Apa itu Social Engineering?"